ANJIR.........DULU DAN KINI
Kata - Kata Anjir Mungkin hanya dimengerti Orang Pesisir Lamongan Utara terutama Masyarakat Blimbing Dan sekitarnya. Anjir sendiri artinya adalah penanda, seseuai dengan fungsinya yang sebagai penanda Pintu masuk Nelayan Blimbing dan sekitarnya tatkala Telah sampai dari melaut dan mau memasuki Pelabuhan ataupun saat mau berangkat melaut keluar dari Pelabuhan. Dikasih Penanda Pintu Keluar / masuk ini adalah sangat penting sekali, karena disekitar penanda ini adalah jalan berliku penuh dengan batu karang yang sangat mengganggu serta membahayakan perahu / kapal notabene adalah dengan keselamatan Para Neelayan ketika salah melewati daerah ini.
Anjir dalam foto yang seperti kita lihat sekarang itu jauh berbeda dengan di zaman dulu saat nelayan masih traditional menggunakan layar. Anjir dulu dibuat dengan hanya Kayu Glugu ( Kayu Pohon Kelapa ) yang ditancapkan di Lokasi Penanda yang dikerjakan secara gotong royong oleh para nelayan, kalau dipikir entah bagaiman caranya bisa tertancap tanpa roboh oleh hembusan angin laut yang bisa jadi kadang - kadang begitu kencang dan terjangangan ombak deras yang mendera dan bisa berdiri kokoh laksana Sang Ksatria pilih tanding. Ketika Glugu sudah waktunya ganti, maka diganti oleh Instansi terkait menjadi dari Besi, berkembang Lagi Jumlahnya Menjadi 2 Buah dengan penanda warna merah dan hijau. Sekian lama dari besi sampai pernah Miring dan kondisinya sudah layak diganti, Saat itu Nelayan pun berteriak lewat Rukun Nelayan Masing - masing, Rukun Nelayan pun menyampaikan keluhan Nelayan tentang miringnya Anjir, sekian lama itu pula hanya sebatas usul tanpa segera dilaksanakan mulai tahap desakan maupun Pressure, tapi Syukur Alhamdulillah di Tahun 2012 ini akhirnya Anjir di perbaiki dengan perubahan dari sekedar besi menjadi bangunan menara mercusuar dari beton yang dilengkapi dengan Lampu Penanda tenaga surya. Bangunan ini masih sama jumlahnya 2 buah sisi kiri dan kanan dengan jalur tengah sebagai pintu keluar / masuk.
Sedikit riwayat, dulu Ketika Anjir masih berupa Glugu, sering dijadikan salah satu media Klenik Masyarakat dalam ritual yang sebenarnya menyesatkan dan bertentangan dengan ajaran Agama kita dengan arah meminta sesuatu selain ALLAH SWT, seperti tabur sesajen, Larung Kepala Sapi bahkan menyepi di Lokasi Glugu Anjir. Tapi Syukur Alhamdulillah Kebiasaan macam itu sudah tak ada lagi seiring pengertian masyarakat tentang mana yang sesatdan mana yang tidak, tentunya ini juga jasa para tokoh Masyarakat dan tokoh Agama yang tak pernah lelah berjuang memberantas hal ini lewat Dakwahnya.
Anjir adalah sepele tapi sangat berguna dan bermanfaat bagi keselamatan Para Nelayan jadi kita anggap adalah sebagai salah satu fasilitas yang sangat vital bagi nelayan, maka tidak boleh diabaikan oleh instansi terkait, yang semestinya rusak sedikit saja harus mendapat perhatian yang sangat khusus apalagi biaya pembuatannya adalah sangat kecil, tak sebanding dengan besarnya kontribusi Nelayan bagi Kelangsungan Roda Pemerintahan, maka jangan abaikan Kepentingan / Kebutuhan serta Kesejahteraan Nelayan kita. Nelayan juga andil dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa karena makan ikan juga termasuk hal yang sangat begitu berguna.
( Script Writter. Andre S Fairys, Photo By. Roziq LA Wak Min )
( Senin, 4 Ramadhan 1433 H / 23 Juli 2012 )
Suka,,,, hehehehehe
BalasHapusLiput juga dong tentang sejarah sorsawo (konon dulu tempatnya kebon sawo), kalbakal (prnh dengar nama kalbakal diambil dari nama sesepuh yg namanya mbah kalbakal ato dari kata cikal bakal bgmn & siapa gak tau aku) trus sejarah blimbing itu sendiri